Setelah Serbu Rumah Presiden Sri Langka, Demonstran Asyik Main di Kolam Renang

Soledadmartinezmunoz – Ribuan demonstran yang menuntut pengunduran diri Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menyerbu kediaman resminya dan melanggar berkadi keamanan pada Sabtu waktu setempat. Personel militer dan polisi tidak mampu menahan massa meski sudah menggunakan gas air mata dan water cannon atau meriam air.

Sebuah vidio tersebar disemua platfrom media sosial yang menunjukan ribuan pengunjuk rasa yang tampak seperti lautan manusia sedang memaksa untuk masuk kedalam Istana Presiden di Kolombo. Beberapa pengujuk rasa, memegang bendera dan helm Sri Lanka, masuk ke kediaman Presiden, seperti yang ditayangkan stasiun televisi lokal News First.

Para pengunjuk rasa juga mengambil kesempatan untuk merasakan kenikmatan dan mendinginkan diri di kolam renang di kediaman resmi Rajapaksa. Dalam video lain, beberapa pengunjuk rasa terlihat menjelajahi dapur di istana kepresidenan. Tayangan televisi juga memperlihatkan orang mendobrak gerbang sekretariat prrsiden di tepi laut dan Kementerian Keuangan. Lokasi itu telah menjadi tempat protes selama berbulan-bulan.

Para pengujuk rasa berpatisipasi dalam demonstrasi anti-pemerintah di luar Stadion Kriket Internasional Galle selama pertandingan hari kedua Pertandingan Uji kriket kedua antara Sri Lanka dan Australia.

Penyerbuan ini menyebabkan Rajapaksa melarikan diri dari kediaman resminya yaitu Istana Kerajaan Sri lanka sekitar pukul 10 pagi (waktu setempat). Sekretarisnya Gamini Senarath mengatakan dia tidak bisa menghubungi pemimpin saat ini dan tidak tahu keberadaannya. Banyak yang bilang Rajapaksa melarikan diri dari tanggung jawab dengan alasan “keamanan.”

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe telah menyerukan pertemuan darurat para pemimpin partai untuk membahas situasi dan mencapai ‘resolusi cepat’, menurut pesan teks dari kantor medianya. Wickremesinghe juga telah meminta pembicara untuk memanggil parlemen agar masalah di negara Sri Lanka cepat terselesaikan.

Pulau berpenduduk 22 juta orang itu berjuang di bawah kekurangan devisa parah yang membatasi impor bahan bakar, makanan dan obat-obatan, yang menjerumuskannya ke dalam krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan Negara Sri Lanka pada 1948. Melonjaknya inflasi, pada rekor 54,6 persen pada Juni dan diperkirakan akan mencapai 70 persen dalam beberapa bulan mendatang, telah menambah kesulitan pada masyarakat Sri Lanka.

Sirasa TV, sebuah lembaga penyiaran swasta, menunjukan kerumunan orang memasuki kediaman Presiden. Dikabarkan memang selama berbulan-bulan, SRI Lanka telah menderita kekurangan makanan dan bahan bakar, pemadaman listrik yang lama dan inflasi yang tinggi setelah kehabisan mata uang asing untuk mengimpor barang-barang penting.

Oleh sebab itu negara yang memang memiliki 22 jiwa ini sangat marah dengan pemerintahannya sendiri dan melakukan demo besar-besaran di lingkungan Istana Kerajaan.